revolution idea
menumpas alamat tentang tentang lombok kandang kaoq
Selasa, 05 Juli 2011
suara hati
Kamis, 23 Juni 2011
kata-kata mutiara s2
Akan pengaruh sikap dalam kehidupan
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.
daripada penampilan, karunia, atau keahlian.
Hal yang paling menakjubkan adalah
Kita memiliki pilihan untuk menghasilkan
sikap yang kita miliki pada hari itu.
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi
adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.
10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.
Sabtu, 11 Juni 2011
megenal cerita lombok
Legenda Putri Nyale di Selatan Lombok Tengah
Menurut dongeng bahwa pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tonjang Beru. Sekeliling di kerajaan ini dibuat ruangan - ruangan yang besar. Ruangan ini digunakan untuk pertemuan raja - raja. Negeri Tonjang Beru ini diperintah oleh raja yang terkenal akan kearifan dan kebijaksanaannya Raja itu bernama raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting.Baginda mempunyai seorang putri, namanya Putri Mandalika. Ketika sang putri menginjak usia dewasa, amat elok parasnya. Ia sangat anggun dan cantik jelita. Matanya laksana bagaikan bintang di timur. Pipinya laksana pauh dilayang. Rambutnya bagaikan mayang terurai. Di samping anggun dan cantik ia terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya lembut. Itulah yang membuat sang putri menjadi kebanggaan para rakyatnya.
Semua rakyat sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana yang ingin membantu rakyatnya yang kesusahan. Berkat segala bantuan dari raja rakyat negeri Tonjang Beru menjadi hidup makmur, aman dan sentosa. Kecantikan dan keanggunan Putri Mandalika sangat tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok. Kecantikan dan keanggunan sang putri terdengar oleh para pangeran - pangeran yang membagi habis bumi Sasak (Lombok). Masing - masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cintar. Mereka mabuk kepayang melihat kecantikan dan keanggunan sang putri.
Mereka saling mengadu peruntungan, siapa bisa mempersunting Putri Mandalika. Apa daya dengan sepenuh perasaan halusnya, Putri Mandalika menampik. Para pangeran jadi gigit jari. Dua pangeran amat murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dan Pangeran Maliawang. Masing - masing dari kerajaan Johor dan kerajaan Lipur. Datu Teruna mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman hancurnya kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman yang serupa.
Putri Mandalika tidak bergeming. Serta merta Datu Teruna melepaskan senggeger Utusaning Allah, sedang Maliawang meniup Senggeger Jaring Sutra. Keampuhan kedua senggeger ini tak kepalang tanggung dimata Putri Mandalika, wajah kedua pangeran itu muncul berbarengan. Tak bisa makan, tak bisa tidur, sang putri akhirnya kurus kering. Seisi negeri Tonjang Beru disaput duka.
Kenapa sang putri menolak lamaran ? Karena, selain rasa cintanya mesti bicara, ia juga merasa memikul tanggung jawab yang tidak kecil. Akan timbul bencana manakala sang putri menjatuhkan pilihannya pada salah seorang pangeran. Dalam semadi, sang putri mendapat wangsit agar mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10 ( bulan Sasak ) menjelang pagi - pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang. Mereka harus disertai oleh seluruh rakyat masing - masing. Semua para undangan diminta datang dan berkumpul di pantai Kuta. Tanpa diduga - duga enam orang para pangeran datang, dan rakyat banyak yang datang, ribuan jumlahnya. Pantai yang didatangi ini bagaikan dikerumuni semut.
Ada yang datang dua hari sebelum hari yang ditentukan oleh sang putri. Anak - anak sampai kakek - kakek pun datang memenuhi undangan sang putri ditempat itu. Rupanya mereka ingin menyaksikan bagaimana sang putri akan menentukan pilihannya. Pengunjung berduyun - duyun datang dari seluruh penjuru pulau Lombok. Merekapun berkumpul dengan hati sabar menanti kehadiran sang putri.
Betul seperti janjinya. Sang putri muncul sebelum adzan berkumandang. Persis ketika langit memerah di ufuk timur, sang putri yang cantik dan anggun ini hadir dengan diusung menggunakan usungan yang berlapiskan emas. Prajurit kerajaan berjalan di kiri, di kanan, dan di belakang sang putri. Sungguh pengawalan yang ketat. Semua undangan yang menunggu berhari - hari hanya bisa melongo kecantikan dan keanggunan sang putri. Sang putri datang dengan gaun yang sangat indah. Bahannya dari kain sutera yang sangat halus.
Tidak lama kemudian, sang putri melangkah, lalu berhenti di onggokan batu, membelakangi laut lepas. Disitu Putri Mandalika berdiri kemudian ia menoleh kepada seluruh undangannya. Sang putri berbicara singkat, tetapi isinya padat, mengumumkan keputusannya dengan suara lantang dengan berseru : ??Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan laut.??
Bersamaan dan berakhirnya kata - kata tersebut para pangeran pada bingung rakyat pun ikut bingung dan bertanya - tanya memikirkan kata - kata itu. Tanpa diduga - duga sang putri mencampakkan sesuatu di atas batu dan menceburkan diri ke dalam laut yang langsung di telan gelombang disertai dengan angin kencang, kilat dan petir yang menggelegar.
Tidak ada tanda - tanda sang putri ada di tempat itu. Pada saat mereka pada kebingungan muncullah binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak yang kini disebut sebagai Nyale. Binatang itu berbentuk cacing laut. Dugaan mereka binatang itulah jelmaan dari sang putri. Lalu beramai - ramai mereka berlomba mengambil binatang itu sebanyak - banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih dan pula sebagai santapan atau keperluan lainnya.
Itulah kisah Bau Nyale. Penangkapan Nyale menjadi tradisi turun - temurun di pulau Lombok. Pada saat acara Bau Nyale yang dilangsungkan pada masa sekarang ini, mereka sejak sore hari mereka yang akan menangkap Nyale berkumpul di pantai mengisi acara dengan peresean, membuat kemah dan mengisi acara malam dengan berbagai kesenian tradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu). Dan tak ketinggalan pula, digelar drama kolosal Putri Mandalika di pantai Seger.
************
etiap tanggal duapuluh bulan kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama, menjelang fajar di pantai Seger Kabupaten Lombok Tengah selalu berlangsung acara menarik yang dikunjungi banyak orang termasuk wisatawan. Acara yang menarik itu bernama Bau Nyale. Bau dari bahasa Sasak artinya menangkap. Sedangkan Nyale, sejenis cacing laut yang hidup di lubang - lubang batu karang di bawah permukaan laut.
Penduduk setempat mempercayai Nyale memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat bagi orang yang meremehkannya.??Itulah yang berkembang selama ini,?? ujar Lalu Wirekarme yang pernah menjabat sebagai Kepala Sub Dinas Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.
Tradisi menangkap Nyale (bahasa sasak Bau Nyale) dipercaya timbul akibat pengaruh keadaan alam dan pola kehidupan masyarakat tani yang mempunyai kepercayaan yang mendasar akan kebesaran Tuhan, menciptakan alam dengan segala isinya termasuk binatang sejenis Anelida yang disebut Nyale. Kemunculannya di pantai Lombok Selatan yang ditandai dengan keajaiban alam sebagai rahmat Tuhan atas makhluk ini.
Beberapa waktu sebelum Nyale keluar hujan turun deras dimalam hari diselingi kilat dan petir yang menggelegar disertai dengan tiupan angin yang sangat kencang. Diperkirakan pada hari keempat setelah purnama, malam menjelang Nyale hendak keluar, hujan menjadi reda, berganti dengan hujan rintik - rintik, suasana menjadi demikian tenang, pada dini hari Nyale mulai menampakkan diri bergulung - gulung bersama ombak yang gemuruh memecah pantai, dan secepat itu pula Nyale berangsur - angsur lenyap dari permukaan laut bersamaan dengan fajar menyingsing di ufuk timur.
Dalam kegiatan ini terlihat yang paling menonjol adalah fungsi solidaritas dan kebersamaan dalam kelompok masyarakat yang dapat terus dipertahankan karena ikut mendukung kelangsungan budaya tradisional.
Keajaiban Nyale bagi suku Sasak Lombok telah menimbulkan dongeng tentang kejadian yang tersebar hampir keseluruh lapisan masyarakat Lombok dan sekitarnya. Dongeng ini sangat menarik dengan cerita yang sangat romantis dan berkembang melalui penuturan orang - orang tua yang kemudian tersusun dalam naskah tentang legenda Nyale.
belajar fisika semester 2 ipa
Termodinamika
Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang berpindah. Dalam termodinamika kamu akan banyak membahas tentang sistem dan lingkungan. Kumpulan benda-benda yang sedang ditinjau disebut sistem, sedangkan semua yang berada di sekeliling (di luar) sistem disebut lingkungan.
Usaha Luar
Usaha luar dilakukan oleh sistem, jika kalor ditambahkan (dipanaskan) atau kalor dikurangi (didinginkan) terhadap sistem. Jika kalor diterapkan kepada gas yang menyebabkan perubahan volume gas, usaha luar akan dilakukan oleh gas tersebut. Usaha yang dilakukan oleh gas ketika volume berubah dari volume awal V1 menjadi volume akhir V2 pada tekanan p konstan dinyatakan sebagai hasil kali tekanan dengan perubahan volumenya.
W = p∆V= p(V2 – V1)
Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap perubahan volume yang ditulis sebagai
Tekanan dan volume dapat diplot dalam grafik p – V. jika perubahan tekanan dan volume gas dinyatakan dalam bentuk grafik p – V, usaha yang dilakukan gas merupakan luas daerah di bawah grafik p – V. hal ini sesuai dengan operasi integral yang ekuivalen dengan luas daerah di bawah grafik.
Gas dikatakan melakukan usaha apabila volume gas bertambah besar (atau mengembang) dan V2 > V1. sebaliknya, gas dikatakan menerima usaha (atau usaha dilakukan terhadap gas) apabila volume gas mengecil atau V2 < V1 dan usaha gas bernilai negatif.
Energi Dalam
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi dalam. Energi dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas tidak melakukan atau menerima usaha, gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak tampak tetapi terkandung dalam gas tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik.
Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada dalam keadaan gerak yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik rata-rata dari seluruh partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan suhu mutlak gas. Jadi, energi dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan energi kinetik dan potensial yang terkandung dan dimiliki oleh partikel-partikel di dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam gas sebanding dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan perubahan energi dalam gas. Secara matematis, perubahan energi dalam gas dinyatakan sebagai
untuk gas monoatomik
untuk gas diatomik
Dimana ∆U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R adalah konstanta umum gas (R = 8,31 J mol−1 K−1, dan ∆T adalah perubahan suhu gas (dalam kelvin).
Hukum I Termodinamika
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi.
Gambar
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai
Q = W + ∆U
Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Secara sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut.
Jika suatu benda (misalnya krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, benda (krupuk) akan mengembang atau bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha W dan benda (krupuk) akan bertambah panas (coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang berarti mengalami perubahan energi dalam ∆U.
Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W).
Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai
Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.
Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.
QV = ∆U
Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku
Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan
QV =∆U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp − QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume konstan (QV).
Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U).
Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai
Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas pada tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 (γ > 1).
Proses adiabatik dapat digambarkan dalam grafik p – V dengan bentuk kurva yang mirip dengan grafik p – V pada proses isotermik namun dengan kelengkungan yang lebih curam.
Jumat, 08 April 2011
karya
karna hati yang tulus bisa melawan halangan apapun yang menghadang malaupun setinggi gunung dan seluas langit..
harapan adalah suatu yang benar-benar akan diraih bila degan ketulusan hati juga,kepastian dan harapan saling mengikat suatu arti yang sangat penting dalam meraih angan-angan..
saya ingin taya apakah kalian punya cita-cita?
jawabannya tentu pasti ada....
Minggu, 03 April 2011
revolutionidea: KANDANG KAOQ KECAMATAN TANJUNG, KABUPATEN LOMBOK U...
Sabtu, 02 April 2011
Legenda Asal-usul
Dukuh Kandang Kaoq Kecamatan Tanjung, itu dulunya ialah sebuah lokasi untuk kandang-kandang kerbau milik orang-orang desa Tanjung. Seperti telah disampaikan di atas dalam bahasa Sasak, Kandang Kaoq itu artinya kandang Kerbau. Lokasi kandang Kerbau ini kemudian berkembang menjadi daerah pemukiman yang sekarang menjadi dukuh ini, tetapi meskipun demikian namanya tetap Kandang Kaoq. Kerbau yang dulu dikandangkan di sini ini fungsinya ialah untuk menggarap sawah sebagai ganti tenaga manusia untuk mematangkan lahan agar siap tanam. Hal ini adalah karena tanah disini sangat luas untuk bisa dikerjakan dengan tangan, jadi kerbau dilepas untuk menginjak-injak sawah sebelum ditanami. Walaupun dukuh ini bernama Kandang Kaoq, dewasa ini sudah tidak ada lagi Kerbau dalam dukuh, yang ada hanya sapi, sementara kerbaunya dikandangkan di tepi sawah.
Aspek Budaya Serta Kaitannya Dengan Bangunan Tradisional
Orang Kandang Kaoq tidak mengenal hak milik tanah. Semua lahan dalam dukuh ini adalah hak milik desa. Kalau ada keluarga yang ingin membangun rumah baru, maka lokasinya ditentukan oleh keputusan rapat desa yang dipimpin oleh Tuak Lokaq atau sesepuh desa. Sesudah itu pemakaian rumah itu diserahkan dan dikuasakan kepada satu keluarga dan keturunannya. Yang termasuk dalam wilayah rumah ialah halaman, lumbung, kandang dan berugaq (sekenem), dan yang juga fungsinya untuk duduk-duduk.
Meskipun halaman itu termasuk wilayah rumah, batas fisiknya tidak jelas. Dengan demikian, halaman yang berada diantara dua wilayah rumah itu dianggap milik dan tanggung jawab kedua keluarga. Sehingga pemeliharaannya dilaksanakan secara gotong royong oleh pemilik-pemilik rumah yang membatasi halaman tersebut.
Menurut adat desa Tanjung lumbung itu ada beberapa macam jenisnya dan tiap jenis memiliki derajatnya sendiri. Jenis lumbung yang paling tinggi derajatnya ialah Alang, dan yang tidak didapati di Kandang Kaoq. Disini derajat lumbung tertinggi ialah Sambi yang sederajat lebih rendah dari Alang, sedang dua bentuk lumbung lain yang ada ialah Geleng dan Lumbung. Geleng dan Lumbung secara berurutan derajatnya lebih rendah dari Sambi, dan keduanya juga didapati di Kandang Kaoq. Letak Sambi di dukuh ini ialah di belakang rumah. Untuk membangun lumbung di dukuh ini tidak ada tradisi perhitungan mencari hari. Hal ini mungkin karena lumbung alang tidak terdapat di Kandang Kaoq.
Perhitungan mencari hari untuk membangun hanya dilakukan untuk rumah saja. Sesudah hari baik ditemukan, maka pada hari pertama dilakukan upacara yang disebut nukaq seimbik atau upacara perletakan batu pertama. Dan tidak ada selamatan apapun yang perlu dilakukan sebelum membangun rumah. Untuk menghitung hari baik, hari pasaran legi (manis) tidak diperkenankan untuk dipakai membangun.
Sesudah rumah selesai dibangun diadakan selamatan sebelum penghuni mulai mendiami rumah tersebut. Selamatan ini dipimpin oleh Tuak Lokaq dan pemuka agama, setelah dicarikan hari baik terlebih dahulu, dan selamatan ini dihadiri oleh seluruh warga dukuh Kandang Kaoq. Selamatan ini biasanya dilakukan pada bangunan Berugaq. Disini disajikan makanan yang seluruhnya secara lengkap diatur pada sebuah dulang atau talam. Untuk ini disediakan dulang khusus yang terbuat dari kayu, berbentuk bulat dan sedikit cekung. Dibagian bawah dulang ini ditopang oleh badan silindris melebar di sebelah bawah. Dulang dan kaki silindrisnya merupakan suatu kesatuan. Tiap dulang dapat melayani empat orang, dan pada tiap berugaq ditempatkan empat dulang, jadi tiap dulang melayani enambelas warga dukuh. Untuk bisa menampung seluruh warga dukuh diperlukan beberapa berugaq. Karena itu penggunaan berugaq itu menunjukkan semangat gotong royong, karena meskipun berugaq itu milik satu keluarga, siapa saja bisa memakainya.
Meskipun perhitungan mencari hari dan selamatan tidak dilakukan untuk lumbung dan berugaq, atau bangunan lain. Ini mungkin karena lumbung alang tidak didapati di Dukuh Kandang Kaoq, sedang fungsi berugaq disini juga sekedar untuk menampung kegiatan sosial dan tidak sampai ke kegiatan agama.
Catatan mengenai selamatan. Jumlah dulang yang disajikan dalam selamatan diatur secara adat. Kalau selamatan diadakan untuk “urusan hidup” seperti misalnya membangun rumah dan upacara perkawinan, maka jumlah dulang selalu genap, biasanya empat untuk tiap berugaq. Sebaliknya kalau untuk selamatan orang meninggal, jumlah dulang ganjil, biasanya lima atau tujuh. Aturan ganjil dan genap ini terus diikuti sampai kepada ukuran makanan yang disajikan, misalnya jumlah genggam beras yang ditanak, ayam yang dipotong, dan seterusnya.
Perhitungan mencari kain untuk bangunan dilaksanakan hanya untuk membangun rumah baru, dan tidak untuk memperbaiki atau membangun kembali rumah yang rusak. Kecuali kalau bagian yang akan diperbaiki itu adalah atap, maka perlu dicarikan hari baik dengan ketentuan umum seperti membangun rumah baru. Untuk pembangunan bahan utama yang dipergunakan ialah kayu dan batang kelapa, serta bambu. Di Kandang Kaoq tidak ada bagian rumah yang dihias, diberi ornament atau dicat karena ini merupakan pantangan. Pada waktu orang meninggalkan rumah lama untuk tinggal dirumah baru, sebagai persyaratan simbolis, orang ini membawa alat makan sirih dan tidak ada bagian rumah lama yang dibawa.
Aturan adat dalam masalah bangunan yang masih keras dipegang oleh warga Kandang Kaoq ialah mengenai arah rumah. Arah rumah yang ditentukan oleh arah wuwungan atau bahasa Sasaknya buk-buk, ialah Utara-Selatan sesuai dengan arah mata angin di daerah ini. Dengan demikian pintu berada di sisi Barat atau Timur, sehingga pada waktu hujan angin, air tidak masuk rumah. Tidak ada alasan lain yang dikemukakan dalam hal ini. Menurut aturan adat, rumah di Kandang Kaoq tak boleh berhadapan dengan lumbung. Lumbung harus ditempatkan dibelakang rumah, yaitu menghadap wajah Barat atau Timur rumah yang tak berpintu.
Disamping adat tersebut diatas, ada tata cara untuk mengatur perekonomian. Di Kandang Kaoq calon pengantin wanita tidak dipinang, baik dengan upacara maupun tidak. Calon mempelai wanita harus dicuri oleh bakal suaminya. Baru setelah itu diadakan pendekatan antara kedua keluarga dan upacara pernikahan diselesaikan secara adat.
Pandangan Penduduk Mengenai Beberapa Aspek Arsitektur Tradisional dan Non Tradisional
Di dukuh ini, meskipun jumlah bangunan tradisional masih nampak dominan tetapi bangunan yang non tradisional sudah banyak pula. Pola pemukiman disini jelas sekali terbagi dua. Bagian pertama terletak dekat dengan jalan masuk dukuh dan jelas kelihatan dari jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor. Pada wilayah pertama inilah sebagian terbesar bangunan masuk dukuh dan jelas kelihatan dari jalan yang bisa dilalui kendraan bermotor. Pada wilayah pertama inilah sebagian terbesar bangunan non tradisional berada, sehingga kesan pertama bagi orang luar ketika memasuki dukuh ini adalah bahwa pola fisik Kandang Kaoq sudah tidak tradisional. Pola tata letak bangunan disini sebetulnya mengikuti “grid-iron”, tetapi karena bentuk rumah yang ada keseragaman, atau tidak memiliki unsur pemersatu, suasananya seolah-olah tidak teratur.
Pada bagian kedua, dan ini merupakan wilayah yang lebih luas dari bagian pertama diatas, baik bentuk bangunan maupun pola tata letaknya masih tradisional. Pola grid iron jelas sekali, dan secara ketat mengikuti keseluruhan bentuk fisik desa ini. Dari hal ini barangkali yang mempengaruhi pola bagian pertama. Disinipun bangunan non tradisional sudah ada, kebanyakan pada rumahnya, tetapi pola tradisional masih merupakan ciri karakter utama.
Lebih separuh responden Kandang Kaoq tinggal di rumah tradisional. Sebagian dari mereka ini mengatakan bahwa bentuk arsitek tradisional Sasak harus dipertahankan, tetapi mereka ini rupanya menganggap bahwa ada unsur adat yang berkaitan dengan upacara membangun rumah yang sudah tidak sesuai lagi seperti arah menghadap rumah yang sering tidak memperhitungkan terhadap oientasi matahari, tak ada jendela dan ventilasi, dan gelap serta dianggap kurang sehat. Karena itu sebagian terbesar dari responden ini lebih menyukai membangun rumah baru kalau ada biaya. Tetapi ketika ditanyakan alasan yang spesifik mengenai alasan pilihannya ini, jawabannya kurang mendasar, seperti misalnya malu kepada tetangganya yang rumahnya modern.
Sisa dari responden tinggal di rumah non tradisional. Sebagian terbesar dari responden ini ternyata memang lebih menyukai tinggal di bangunan-bangunan demikian, tetapi pendapat mereka bertentangan dengan kenyataan yang menekankan perlunya bangunan asli Sasak dipertahankan. Mengenai alasan kecenderungan untuk memilih tinggal di bangunan non tradisional, responden-responden ini lebih konsisten dengan menyatakan kebutuhan akan ventilasi, sinar matahari, dan kebebasan individual dalam memilih bentuk rumahnya.
Sebagian terbesar dari responden secara keseluruhan menyatakan bahwa lumbung adalah bangunan terpenting dari keseluruhan bangunan tradisional, dan rumah menempati urutan kedua. Dan hal ini juga ternyata dari pilihan mereka untuk tetap mempertahankan bentuk lumbung tradisional, meskipun mereka lebih memilih tinggal dirumah non tradisional. Alasan merekapun lebih positif misalnya yaitu untuk memelihara tradisi suku Sasak. Hal yang menarik lagi ialah pendapat responden mengenai berugaq. Secara keseluruhan sebagian terbesar penduduk cenderung untuk mempertahankan adanya berugaq dalam bentuk tradisional yang ada. Mereka yang sudah tinggal di di rumah-rumah non tradisional yang juga memiliki ruang duduk tersendiri, menyatakan bahwa berugaq itu lebih sesuai untuk fungsi sosialisasi dan lebih nikmat untuk tempat berkumpul warga dukuh dibandingkan dengan ruang duduk dalam rumah.
Sebagian terbesar responden untuk keperluan mandinya menggunakan sumur meskipun tidak ada bentuk fasilitas mandi yang tradisional. Sebagian dari sarana MCK yang ada memang terbuka dan hanya ada sumurnya saja. Tetapi sebagian responden mengatakan bahwa aspek moral sudah mulai menjadi faktor penting dalam hal ini, sehingga sebagian dari fasilitas MCK diberi penutup pandangan dari anyaman bambu. Bahkan di beberapa rumah tradisional, ada fasilitasnya. Fasilitas MCK ini juga masih menunjukkan rasa bermasyarakat yang kuat di kalangan penduduk, karena fasilitas ini dipergunakan untuk kepentingan bersama, meskipun dibangun dan dimiliki oleh keluarga tertentu saja. Meskipun demikian, masih ada juga responden yang lebih senang mandi di kali.
Konsep kesehatan ternyata belum betul-betul diresapi. Hal ini ternyata dari jawaban responden yang pada umumnya mengatakan bahwa mereka tidak memberi cukup ventilasi bagi dapurnya, termasuk yang sudah tinggal di rumah non tradisional. Dapur masih dianggap sarana penunjang yang tak perlu pemikiran matang. Ini juga ternyata dari cara mereka menyimpan makanan masak yang hanya sebagian kecil responden memiliki tempat penyimpanan khusus. Demikian juga mengenai sinar matahari, sebagian dari responden yang rumahnya sudah dilengkapi dengan jendela kaca, ternyata penempatannya masih belum memanfaatkan unsur kesehatan yang penting ini. Bagi mereka jendela kaca masih merupakan fasilitas pelengkap untuk memberikan kesan “modern” bagi rumahnya.
Gagasan modernisasi memang masih baru kulitnya saja yang ditampilkan oleh responden. Dan ini ternyata dari pemilikan bahan non tradisional yang sering tidak sesuai dengan kondisi lingkungan, seperti misalnya memilih atap seng itu mudah terkena korosi dan menyerap banyak radiasi matahari di waktu siang.(S2 kdk)